Select Menu

Prestasi

Karya Siswa

Profil Siswa

Karya Guru

Profil Guru

Info Pendidikan

Gadis yang Bangga pada Dirinya Sendiri

Oleh : Alfiyyah 
Siswi kelas 7A dan Peserta Eskur Jurnalistik MTsN Majenang
Namaku  Alfiyyah. Biasa dipanggil Alfi oleh teman-temanku. Aku lahir  di Cilacap, pada tanggal 13 Juli 2001, dari pasangan bapak Hasan Junaedi dan ibu Sutimah. Ayah  dan ibuku seorang buruh. Namun, walaupun begitu aku tetap sayang padanya dan akupun memperoleh perhatian dan kasih sayang yang cukup dari mereka. Oya..... aku juga mempunyai kakak yang paling aku sayangi. Ia bernama Wafiah (Mantan Ketua OSIM MTsN majenang), biasanya aku  panggil “teteh”  kalau di rumah dan aku dipanggil “dede” karena memang aku anak bontot dari dua bersaudara.

Pendidikanku dimulai  dari TK Roudlotus Sibyan di Sindangsari (2006-2007), lalu melanjutkan ke SD Negeri Jenang 06 (2007-2013). Alhamdullilah lulus dari SD dengan nilai ujianku 26,90. Kemudian aku melanjutkan ke MTs Negeri majenang dan tidak mau ke SMP Negeri karena semenjak kelas V aku ingin sekali belajar di MTs Negeri Majenang. Tidak sia-sia harapanku karena di MTs Negeri Majenang aku dapat belajar banyak agama dan juga melanjutkan jejak kakakku.

Semenjak aku sekolah memang aku tidak mempunyai prestasi yang banyak tetapi dari kelas II  SD alhamdullilah aku meraih peringkat  1 sampai kelas V. Saat naik ke kelas VI peringkatku turun menjadi peringkat 2. Tengah semester kelas VI aku berhasil meraih peringkat 1 lagi. Sayang lulusan aku tidak mendapat peringkat 1 dan harus puas dengan peringkat 4. Walaupun begitu aku mendapat nilai 10 dalam pelajaran matematika. Sungguh, aku mendapat pengalaman yang menyenangkan ketika aku menerima uang sebesar Rp. 50.000,00 dari wali kelas VI karena hasil matematikaku. Tidak kusangka aku mendapat uang lagi sebesar Rp.50.000,00 dari kepala sekolah. Aku bangga pada diriku sendiri karena mendapat uang Rp.100.000,00 dengan hasil jerih payahku belajar selama ini. Ayah, ibu, kakek, nenek dan kakakpun ikut bangga padaku. Uang tersebut saat itu aku belikan tas yang aku suka untuk masuk ke kelas VII MTs Negeri  Majenang.

Aku Saat Berkampanye Menjadi Calon Wakil Ketua OSIM
Selain pengalaman yang menyenangkn aku juga mempunyai pengalaman yang menyedihkan. Sewaktu duduk dikelas VII aku sempat menjadi calon wakil ketua OSIM. Memang terlihat menyenangkan pengalaman itu,  tetapi ketika pemilihan aku tidak terpilih menjadi wakil ketua. Memang aku sadari dari kelas 7, 8 dan 9 belum cukup kenal siapa aku, disinilah pengalaman menyedihkannya. Walaupun begitu aku tidak sedih banget, karena aku tetap manjadi anggota OSISM bersama sahabatku, dan aku harap yang terpilih mejadi ketua OSIM dan wakilnya dapat manjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab. Aku di MTs Negeri Majenang banyak sekali pengalaman diantaranya aku mengikuti berbagai ekstrakulikuler terutama ekskur jurnalistik sehingga aku dapat lebih belajar menulis dibawah bimbingan Pak Deni Kurniawan As’ari, SPd.

Aku mempunyai hobi yang cukup banyak dan tidak hanya satu seperti aku suka membaca, sesekali tulis menulis, menggambar. Jangan salah juga aku tetap mempunyai hobi bermain dan menonton TV, tetapi aku harus pintar membagi waktu antara hobi menonton TV dan bermain dengan belajar serta hobiku yang lain. Setiap pulang sekolah aku ganti baju, makan, nonton TV sampai adzan ashar, kemudian aku segera mandi dan sholat. Setelah itu aku belajar sampai menjelang maghrib. Waktu maghrib aku sholat dan mengaji bersama kakakku. Selepas pulang mengaji aku nonton TV disambung belajar sampai pukul 20.30 WIB lalu tidur sampai pagi.

Cita-citaku menjadi seorang guru. Namun entah guru apa tetapi aku tetap ingin menjadi seorang guru oleh karena itu aku harus rajin belajar dan melatih diri supaya disiplin waktu dan juga dapat membagi waktu dengan baik. Karena cita-citaku aku ingin selepas lulus dari SMA melanjutkan kuliah untuk mencapai angan-anganku ini, tetapi entah esok aku kuliah atau tidak. Walaupun begitu aku tetap semangat untuk meraih cita-citaku. Aku akan selalu ingat pesan ayah dan ibuku,  “Tidak ada keinginan yang tidak terwujud jika disertai semangat dan doa,”  karena kuncinya ialah “SEMANGAT DAN DOA”.
***

Alumnus yang Menjadi Guru Bahasa Indonesia

Sososk Alumni
“Bangga dan bersyukur sekali,” itulah ungkapan Tri Mulyanto, S.Pd. salah satu alumni MTs Negeri Majenang yang saat ini menjadi guru di almamaternya sendiri. Tak heran ia tetap enjoy mengajar walaupun rumahnya cukup jauh dari MTs Negeri Majenang yaitu berada di Mulyasari, Pataruman, Banjar, Jawa Barat. Setiap hari ia bolak balik Banjar-Majenang dengan sepeda motor gedenya.

Beliau bercerita sambil mengenang masa lalunya saat masih menjadi siswa. “Delapan Belas tahun silam, tepatnya 1993-1996, saya mengenyam pendidikan di MTs Negeri Majenang. Saat itu saya selalu berusaha memposisikan diri sebagai siswa yang baik. Namun, tak dipungkiri sesekali tanpa unsur kesengajaan datang terlambat atau lupa tidak mengerjakan PR,” tutur pria yang lahir pada 8 April 1981 itu sembari tersenyum. 

Ia yang kini sudah menjadi guru PNS itu masih ingat betul bahwa sarana prasarana yang dimiliki MTsN Majenang  masih sangat ketinggalan dan berbeda jauh dengan sekarang. “Saat itu sarana prasarana untuk belajar sangat terbatas. Belum ada LCD, laboratorium, perpustakaan  bahkan OHV juga belum ada,” kenangnya. Suami dari Diah Nurhidayani, S.Pd (guru PNS SD di Banjar) ini merasakan bahwa kondisi MTs Negeri Majenang saat ini sudah mengalami peningkatan yang pesat. Menurutnya saat ini semuanya sudah lengkap dan serba ada. 

“Sekarang proyektor ada, laboratorium ada, perpustakaan juga bukunya lengkap,”  ujar ayah dari Makayla Azzra Ridian Mulia dan Raisya Mulia Elzannazira tersebut bersyukur. Beliau berpesan kepada  seluruh siswa MTsN Majenang untuk lebih giat dan semangat dalam belajar karena fasilitas saat ini sudah memadai. Dengan fasilitas yang lebih memadai tentunya proses pembelajaran akan lebih efektif. 

Hj. Jamilatun Munawaroh, S.Pd salah seorang guru Tri Mulyanto saat kelas VIII dulu dan saat ini menjadi rekan sejawat memberikan pendapatnya. “Tri Mulyanto termasuk kategori siswa yang pintar, seringnya kalau duduk berada di depan.  Saat menjadi siswa Tri agak pendiam,” ujar waka humas tersebut. 

Tri, demikian panggilannya, mengawali pendidikan di MI Ma’arif Limbangan, Wanareja (Lulus 1993), MTs Negeri Majenang (Lulus 1996), SMU Negeri 1 Dayeuhluhur (Lulus 1999). Adapun gelar sarjana pendidikannya diperoleh di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) pada jurusan Pendidikan Bahasa Indoenesia pada tahun 2003. 

Selepas lulus kuliah, pehobi olahraga sepeda santai ini langsung mengajar di dua madrasah yakni MTs YPI Sufyan Tsauri Limbangan Wanareja dan MTs Negeri Majenang. Pengabdiannya di MTs YPI berakhir pada tahun 2004 dan lebih memilih untuk fokus mengajar di almamaternya. Rupanya pilihan Tri tidak sia-sia dan dewi fortuna mengiringi langkah hidupnya. Tepat pada tahun 2005 atau dua tahun selepas lulus kuliah ia diangkat menjadi guru CPNS di almamaternya sendiri. Boleh dikata apa yang dialami Tri jarang terjadi. Banyak saat ini guru yang telah lama mengabdi bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun namun belum juga diangkat menjadi PNS. Bisa jadi nasib baik Tri Mulyanto tidak lepas dari do’a orang tuanya dan ia dikenal sebagai sosok anak yang hormat, taat dan sayang sama orang tuanya. 

Menjadi guru yang dapat digugu dan ditiru serta menjadi guru profesional merupakan harapan yang ingin ia capai dalam karirnya sebagai guru. Ia berpandangan bahwa pendidikan merupakan modal dasar bagi suatu negara untuk mencapai kemajuan di segala bidang dan sosok guru profesional berperan penting dalam mewujudkannya.
***
(Dka, 2014)

Do'a dan Niat yang Tulus

Oleh : Febriliyanti
Siswi kelas 8F MTs Negeri Majenang

Malam perlahan mulai hilang terbalut pagi yang datang berkiaskan kebahagiaan. Aku bangun penuh bahagia diliputi semangat membara.

Aku segera beranjak dari tempat tidurku. Tidak lupa kubaca Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da ma amatana wailihin nusur. Kurapikan ranjang tempat tidurku.

“Syifa, subuh telah tiba, segeralah ambil air wudlu,” suara ibu terdengar dari dapur mengingatkanku.

“Baik bu,” ujarku sambil bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudlu. Selepas sholat aku menemui ibu.

“Syifa, kamu sudah selesai sholat nak?” tanyanya dengan perlahan.

“Alhamdulillah, sudah bu. Ada yang bisa Syifa bantu?” ujarku.

“Tidak ada sayang, ibu hanya ingin menyampaikan sesuatu,” tutur ibu.

“Katakanlah bu, apa yang ingin ibu sampaikan padaku?” sahutku sambil tersenyum.

“Syifa... putri ibu yang baik dan cantik,” kata ibu dengan mata berkaca-kaca.

“Katakan saja bu, nggak usah ragu. Please... jangan membuat Syifa khawatir,” ungkapku dengan penuh penasaran.

“Syifa... maafkan ibu, sepertinya kamu tidak dapat melanjutkan sekolahmu,” ibu berkata sambil menunduk.

Mendengar ucapan ibu aku hanya terdiam membisu. Tatapanku kosong seolah tak berdaya. Tidak terasa air mataku membasahi pipi.

Namun, bagaimanapun aku harus kuat. Aku tidak boleh terbawa oleh perasaanku sendiri yang sedang galau. Aku coba menatap wajah ibu.

“Tak apa bu, Syifa mengerti dengan keadaan kita saat ini yang sedang kesulitan ekonomi,” ujarku sembari tersenyum. Padahal hatiku teramat sedih, namun aku berusaha menyembunyikannya.

“Sekali lagi maafin ibu. Kamu harus kuat sayang. Ibu tidak bisa berbuat apa. Penghasilan ibu yang hanya menjahit tidak cukup untuk membiayai semuanya, sedangkan ayahmu masih terbaring lemah tak berdaya,” isak ibu sambil memeluk anak semata wayangnnya.

“Sudah bu. Nggak apa-apa. Syifa ikhlas jika harus berhenti sekolah,” ujarku sembari balas memeluk ibu.
“oh, anakku. Sungguh mulia hatimu. Maafkan ibu yang belum bisa membahagiakanmu,”ucap ibuku.

Di luar pagi itu langit tampak putih bak salju bersih yang bersih berhias embun  yang jatuh menetes menambah keanggunan pagi.


Aku bersiap untuk menuntut ilmu di sekolah. Setelah berpamitan kepada ibu dan ayah yang terbaring, aku bergegas menuju sekolah. 

Pengalamanku Mengikuti Study Tour ke Jakarta

Oleh : Nurul Ahadah
Siswi Kelas 8D dan Mantan Ketua Kelas 7A MTs Negeri Majenang

Dua bulan lalu, tepatnya 12-14 Maret 2014 aku bersama seluruh siswa kelas 8 MTs N Majenang mengikuti study tour ke Jakarta. Karena berangkatnya sore hari maka aku tetap berangkat sekolah seperti biasanya. Pada istirahat pertama aku dan teman-teman disuruh berkumpul di mushola untuk mendapat pengarahan dan nasehat dari kepala madrasah. Setelah selesai aku dan teman-teman kembali ke kelas masing-masing.

Saat di dalam kelas aku diajari tata cara sholat jama' dan qasar oleh Bapak Darto, S.Ag. Selanjutnya aku dan teman-teman bersiap-siap untuk pulang dan kemudian berdoa sebelum pulang. Saat aku dan teman-teman akan pulang, disuruh berkumpul lagi di depan kelas 8D untuk diberi nasehat dan arahan oleh Bu Okah Imtikhanah, S.Pd selaku ketua panitia. Setelah itu aku pun diizinkan pulang ke rumah.

Sekira pukul 14.15 WIB,  aku bersama teman-teman sudah berkumpul kembali di kelas masing-masing. Bu Ariesta Indriawati, S.Pd (wali kelasku) masuk ke kelas dan kemudian menyuruh aku dan teman-teman berkumpul di kelas 8D. Beliau memberi nasehat dan memberitahu pasangan tempat duduk saat di bis. Ada beberapa kelas yang dipecah sehingga ada beberapa siswa kelas 8D yang digabungkan dengan aku dan teman-teman. Aku duduk bersama dengan siswi kelas 8D. Sesudah itu aku dan teman-teman pergi menuju bis. Pihak sekolah menyediakan 6 bis dengan pemandu dari Zalfa Tour, juga guru penbimbing. Aku menaiki bis no 3 yang didampingi oleh Bu Ariesta Indriawati, S.Pd. Setelah aku dan teman-teman menaruh barang-barang yang tidak terlalu penting di bagasi, aku dan teman-teman berkumpul di lapangan untuk diberi pengarahan oleh salah satu  anggota dari Zalfa Tour. Setelah selesai aku dan teman-teman memasuki bis masing-masing. Tidak lama kemudian bis yang aku naiki mulai berjalan.

Di sepanjang perjalanan aku dan teman-teman diberi informasi tentang objek-objek yang kami lihat, tempat dan daerah yang sedang kami lewati. Di dalam bis juga terdapat beberapa fasilitas seperti AC, LCD, tempat duduk yang dapat diatur posisinya dan tempat sampah. LCD ini juga dapat dipergunakan untuk karokean dan menyetel lagu tetapi karena aku dan teman-teman malu sehingga LCD-nya hanya dipakai untuk menyetel lagu. Berbeda dengan suasana di kelas lain seperti di kelas 8G, siswa siswi ada yang tidak malu karokean bersama guru pendamping bahkan ada siswa yang ikut menari. Di sepanjang perjalanan aku dan teman-teman juga disajikan dengan pemandangan yang indah. Sambil menikmati pemandangan aku dan teman-teman bernyanyi bersama lagu yang sedang distel di LCD, ada juga beberapa teman aku yang asik ngobrol, bercanda, smssan, facebookan, menikmati pemandangan sambil makan jajan yang mereka bawa dan ada yang tidur karena udah kecapean / pusing.

Di beberapa tempat kami berhenti untuk melaksanakan kewajiban kami yaitu sholat fardu tetapi karena aku sedang haid jadi aku dan beberapa teman-teman aku menunggu di dalam bis sambil ngobrol memakan jajan yang kami bawa, setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba saat aku dan teman-teman sudah jauh meninggalkan Ciung wanara ternyata guru pendamping bis no 4 HPnya tertinggal di mushola yang berada di Ciung Wanara sehingga kami harus menunggu. Tak berapa lama kemudian bis no 4 sudah menyusul bis aku, setelah aku tanya kepada teman aku yang menaiki bis no 4 ternyata HP guru pendampingnya tertinggal di mimbar mushola ciung wanara dan HP itu di temukan oleh kenek bis no 4. Kejadian itu mengakibatkan waktu kami terbuang sehingga kami sampai asrama haji tidak sesuai jadwal yang telah di tentukan.

Aku dan teman-teman sampai di asrama haji pada pukul 02.15 WIB. Di sana aku dan teman-teman beristirahat di kamar yang telah tersedia tetapi karena kami belum mengantuk kami bercerita tentang pengalaman di sepanjang perjalanan. Sekitar pukul 03.00 WIB aku mandi, setelah itu ada beberapa teman aku yang langsung menuju mushola untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Kemudian sesudah itu aku berkeliling untuk melihat-lihat sambil berfoto bersama. Tidak lama kemudian aku dan teman-teman disuruh mengantri untuk mengambil makan pagi, karena makanannya tidak terlalu enak dan aku belum lapar sehingga aku hanya mengambil sedikit makanan. Setelah selesai makan aku meninggalkan asrama haji dan pergi menuju TMII (Taman Mini Indonesia Indah).

Aku pergi ke TMII untuk mengunjungi salah satu museum terfavorit yaitu PP IPTEK (Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). setelah kami memasuki TMII aku melihat beberapa museum dan rumah adat di kanan dan kiri jalan yang aku lalui. PP IPTEK terdiri dari 3 lantai, yaitu lantai dasar, lantai mezzanine, dan lantai atas. Di sana kami mencatat banyak sekali tambahan ilmu pengetahuan dan juga mencoba alat peraga yang boleh dipergunakan. Tetapi sebelum memasuki PP IPTEK aku dan teman sekelas berfota bersama, setelah itu kita baru memasuki PP IPTEK. Aku dan Noviana banyak mencoba alat peragaan, melihat beberapa ruangan, melihat beberapa patung imuwan dan penemu selain itu aku juga melihat beberapa patung yang menggambarkan tingkah laku suatu makhluk hidup, tetapi ada beberapa alat yang tidak dapat di pergunakan karena sedang diperbaiki. Setelah waktu yang telah ditentukan habis aku dan teman-teman pergi ke bis untuk melanjutkan perjalanan ke GSA (Gelanggang Samudra Ancol), tetapi aku masih ingin di PP IPTEK karena masih banyak alat peraga yang belum di coba sehingga menurut beberapa siswa termasuk aku berpendapat bahwa waktu untuk mengunjungi PP IPTEK kurang.

Setelah dari PP IPTEK aku melanjutkan perjalanan ke GSA. Sebelum sampai di GSA aku diberi tiket dan tiket itu tidak boleh hilang. Setelah memasuki GSA semua siswa siswi diberi makan siang. Setealah makan siang sudah selesai, aku melihat pertunjukan drama yang berjudul Scorpion Pirates. Di dalam drama itu terdapat beberapa adegan yang menggukan jetski yang membuat airnya muncrat ke bangku penonton sehingga penontonya ada yang beberapa basah karena kena air itu, dan ada juga yang mengunakan petasan sehingga membuat aku dan penonton lainnya kaget. Setelah selesai menyaksikan drama aku dan teman-teman kemudian pergi menuju ke wahana 4D. Di wahana ini aku diberi kacamata 3D, di wahana ini aku melihat film kartun spongbob dalam durasi 15 menit. Saat aku menyaksikan film kursi yang aku duduki bergerak, inilah yang membuat menonton di wahana ini mengasikan. Setelah selesai aku dan teman-teman kembali ke bis untuk pergi menuju tempat wisata DUFAN. Di tengah perjalanan aku dan teman-teman dibagikan snack. Di dufan banyak wahana yang memacu adrenalin. Aku, Nuke dan Noviana mencoba wahana Hysteria, Rollerktoster, dan istana boneka. Karena waktunya pulang sehingga aku hanya mencoba sedikit wahana. Setelah dari DUFAN aku dan teman-teman makan sore di tepi pantai, dan kemudian mandi selain itu juga menunaikan shalat untuk semua siswa siswi yg tidak haid. Setelah itu pulang.

Sebelum aku dan teman-teman pulang, kami mampir di ITC Cibaduyut, Bandung. Di sana aku berbelanja oleh-oleh. Setelah selesai aku pulang. Sekitar jam 04.30 bis berhenti, semua siswa siswi yg tidak haid dan yang lainya turun untuk menunaikan shalat subuh. Setelah selesai bis mulai berjalan lagi. Aku sampai di MTs N Majenang sekitat jam 06.30, setelah itu aku pulang ke rumah.

Itulah pengalamanku mengikuti study tour bersama teman-teman dan guru MTs Negeri Majenang. Pengalaman ini menjadi pengalaman berharga dan akan kukenang sepanjang masa.

Empat Harapanku di Momen Hardiknas 2014

Namaku Aay Alpiyani. Teman-teman biasa memanggilku Aay. Saat ini aku sedang menempuh pendidikan di MTs Negeri Majenang dan duduk di bangku kelas 8F. 

Alhamdulillah, prestasiku selama ini lumayan. Semenjak kelas 7 aku langganan juara kelas. Pernah pula meraih Juara LCC bersama teman-temanku. Begitu pun saat ujian nasional di SD/MI aku meraih nilai UN tertinggi.

Pada moment Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2014 ini aku ingin mengutarakan isi hatiku sekaligus menjadi harapanku. Ada empat harapan yang ingin disampaikan kepada pemerintah atau lebih khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Harapanku yang pertama, pengelolaan pendidikan Indonesia ke depan harus lebih baik. Seperti yang kita ketahui melalui pemberitaan masih ada kebocoran soal ujian nasional, soal ujian yang kurang, bahkan isi soal ada yang berbau politik. Semoga di masa mendatang tidak terulang kembali kasus-kasus seperti itu.

Kedua, aku berharap bahwa pemerintah di  masa mendatang lebih maksimal dalam menyediakan beasiswa bagi siswa dari keluarga yang tidak mampu.  Kebanyakan masyarakat saat ini kategori menengah ke bawah dalam hal ekonomi. Sudah sepatutnya pemerintah menyediakan beasiswa, bukankah hal tersebut akan membantu permasalahan yang dihadapi orang tua siswa? Lebih baik seperti itu bukan? Ketimbang uang negara habis dikorupsi oleh para pejabat negara.

Selanjutnya harapanku yang  ketiga, pemerintah menetapkan program wajib belajar 12 tahun. Tujuannya agar pendidikan minimal masyarakat setingkat SMA atau sederajat. Kalau  hanya wajib belajar 9 tahun, niscaya negara kita kita akan ketinggalan dibandingkan dengan negara lain.

Aku (kedua dari kiri, saat menjadi Juara LCC PKn) berpose dengan kepala madrasah dan pembimbing
Harapanku yang terakhir bahwa pemerintah dibantu oleh seluruh komponen lainnya terus  menerus mensosialisasikan pentingnya pendidikan kepada masyarakat.  Perlu memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa pendidikan itu harus diutamakan dan tidak beranggapan sebaliknya seolah pendidikan itu tidak ada gunanya, buang-buang waktu dan bahkan buang uang. Kesadaran ini perlu karena masa depan anak-anak ikut ditentukan oleh pola pikir orang tuanya sendiri mengenai pendidikan.

Itulah empat harapanku pada peringatan Hardiknas tahun 2014 ini, semoga pendidikan Indonesia ke depan menjadi lebih baik dari segala hal. Menurutku kualitas anak bangsa saat ini akan menentukan bagaimana kualitas bangsa di masa yang akan datang.
***   


Sukur : Curahkan Ilmu dengan Rasa Senang

Begitu singkat namanya, Sukur. Dalam kedinasan tertulis Drs. H. Sukur. Mungkin karena namanya itulah yang membuat pria yang enam tahun lagi akan purna sebagai guru pns ini memiliki sikap yang senantiasa bersyukur dalam hidupnya. Sosoknya yang kalem, ramah dan humoris memberi energi positip bagi siapapun yang dekat dengannya. Di lingkungan MTsN Majenang ia menjadi sesepuh dan langganan memimpin  do’a dalam berbagai kesempatan baik acara madrasah maupun pribadi.

Suami dari Umi Khafsoh ini lahir di Cilacap, pada 10 Mei 1960. Mengawali pendidikannya di SDN Rejodadi 01 (lulus 1973), MTs Darwata Majenang (lulus 1977), MA Darwata Majenang (lulus 1981) dan IAIN Walisongo, Semarang (lulus 1987).   

Pengalaman karirnya cukup menarik dan sempat beberapa kali mengalami mutasi. Pertama kali diangkat CPNS menjadi staf di Kantor Departemen Agama----saat ini kemenag Kabupaten Barito Selatan Kalsel pada tahun 1990. Keinginannya untuk lebih dekat dengan keluarga besarnya di Majenang, Cilacap mendorong beliau mengajukan mutasi ke Kandepag/Kemenag Cilacap pada tahun 1994. Selama di Cilacap sempat menjadi pejabat struktural. Selanjutnya pada tahun 2000 kembali pindah tugas menjadi Kepala TU MTs Negeri Majenang. Pada awal 2005 beralih dari struktural menjadi fungsional dengan menjadi guru fiqih di MTs Negeri Majenang sampai sekarang.

Ayah dari Fadli Azizi Fikri, Abdusani dan Isbatul Hanail ini telah cukup banyak merasakan hiruk pikuk dunia pendidikan pada masa orde baru sampai era reformasi sekarang ini. Saat di Kandepag Cilacap cukup lama menangani pendidikan karena bertugas di seksi mapenda---saat ini berubah menjadi penma. Cukup sering  mantan pejabat di Kandepag Cilacap ini mengikuti seminar, study banding, workshop, pelatihan, dan mendampingi  lomba-lomba mapenda Cilacap.

Motto hidupnya untuk menjadi orang yang bermanfaat dan berkah bagi sesama dijewantahkan beliau dengan aktif di tengah masyarakat. Sejak 1987 sampai 1990 tercatat sebagai sekretaris NU Kecamatan Cimanggu.  Pada 2003 sampai 2012 mengabdikan diri di Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif  Kecamatan Cimanggu pada bidang pendidikan. Kepeduliannya terhadap dunia pendidikan di lingkungan sekitarya ia wujudkan  dengan merintis pendirian sekolah dan pada 2001 sampai 2007 menjadi Kepala MI Ma’arif Cimanggu, kemudian tahun  2007 sampai 2013 menjadi Kepala SMP Ma’arif Cimanggu. Selanjutnya sejak 2013 sampai sekarang menjadi Ketua Penasehat RA, MI dan SMP.

Pak Sukur memiliki hobi membaca. Ia kerap membaca buku, majalah, dan  surat kabar. Tekadnya ingin menjadi orang yang ilmunya bermanfaat, ilmunya dapat diamalkan   dan senang menerima ilmu. Bahkan di usinya yang diambang senja tetap mau belajar teknologi terkini seperti laptop, internet dan perangkat teknologi lainnya.

Ia berpandangan pola pendidikan di madrasah perlu terus ditingkatkan dan dipertajam melalui jalur pengembangan diri siswa baik individu maupun kelompok dan  kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, kesenian, olahraga yang lebih maksimal karena akan ikut membentuk karakter siswa. Menurutnya untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan para guru harus selalu disupport, diawasi, dinilai, dilihat dan kesejahteraannya diperhatikan baik oleh pemerintah maupun sekolah/madrasah. Para guru perlu sering diberi kesempatan mengikuti diklat untuk meningkatkan kualitas dan kompetensinya. Pengalamannya saat masih di birokrasi mengikuti diklat berkualitas diyakini akan melecut setiap guru untuk lebih baik kalau mendapat kesempatan tersebut.

Ada hal menarik yang beliau ungkapkan untuk para guru muda. “Saya enam tahun lagi akan purna sebagai pns. Saya berpesan kepada para guru muda  curahkan ilmu dengan rasa senang. Bimbing para siswa dengan penuh kasih sayang terutama siswa yang perlu perhatian ekstra atau kuper. Selain itu jangan lupa untuk mendoakan anak didik," ujarnya.

Persahabatan Fani dan Eca

Oleh Cahya
Cahya
Fani adalah sahabat Eca. Mereka berteman semenjak duduk di bangku Taman Kanak Kanak. Keduanya selalu bersama di saat senang maupun sedih. Berbagai macam kejadian mereka jalani bersama.

Dua remaja cantik itu saling menyayangi dan membantu,  jika salah satu di antara mereka ada masalah. Fani tidak pernah bosan menjadi sahabat Eca,  begitu pula sebaliknya.  Bahkan mereka lebih mengutamakan kepentingan sahabatnya dari pada kepentingan pribadi sendiri. Intinya mereka saling memberi perhatian yang lebih satu sama lain.

Pernah pada mereka hampir berpisah. Saat itu Fani dan Eca mendaftar untuk masuk SMA favorit.  Keduanya memilih SMA yang sama.

“Fan, kita harus masuk SMA favorit,”   kata Eca.

“Iya,  tapi kita harus masuk SMA yang sama, ’’ ujar Fani.

‘’Iya Fan, aku juga nggak  mau kita pisah,”  kata Eca menimpali.

“Masalahnya nanti kalo misalnya salah satu dari kita nggak keterima, gimana coba?’’  tutur Fani penuh tanda tanya.

‘’Oh ya? Terus gimana dong, “ kata Eca lagi.

“Emangnya,  kamu pengin  masuk SMA  mana sih Ca?” tanya Fani kepada Eca.

“Aku masih bingung Fan, kamu penginnya masuk SMA mana?” Eca kembali balik tanya.

“Kata ibuku aku harus di SMA yang jauh,  biar aku bisa mandiri,” kata Fani.

“Iya Fan aku setuju. Aku juga pengin di SMA yang jauh biar mandiri, “ ujar Eca mengiyakan.

Akhirnya mereka berdua mendaftar di SMA favorit di kota kembang Bandung, namun sayangnya Eca tidak keterima.

‘’Fan,  gimana dong,  masa kita berpisah sih,’’ Ujar Eca dengan terharu.

“ Iya iya, Ca...Tapi gimana lagi. Aku juga nggak mau pisah sama kamu,” tutur Fani dengan uraian air mata.

“Masa sih,  aku harus nyogok,’’ kata Eca kebingungan.

‘’Eh.. eh... jangan Ca. Masak nyogok sih,  kan nggak boleh. Oh iya,  apa aku nggak usah ambil aja ya Ca, nanti kita daftar di SMA lain, “ ujar Fani.

‘’Jangan Fan,  sayang itu kan SMA favorit,’’  kata Eca dengan sedih.

“ Terus gimana dong, kamu mau pisah sama aku?’’ tanya Fani.

‘’Ya nggak sih’’ kata Eca penuh harap.

‘’Ya udah, entar aku bilang ke ibuku suruh nggak usah di ambil aja, okey?’’ kata Fani.

‘’iya deh okeh, ’’  Eca menjawab dengan berat hati.

Mereka berdua pun kembali tersenyum.

Ketika sampai di rumah, Fani langsung berbicara kepada ibunya,
‘’Bu,  aku daftar sekolah lagi aja ya? SMA yang di Bandung nggak usah diambil gimana?’’ tanya Fani kepada ibunya penuh harap.

“Emangnya kenapa? Di SMA yang Bandung kan paling bagus,’’ jawab ibunya penuh keheranan.

“Iya bu,  emang bagus, tapi masalahnya Eca, sahabat dekatku  nggak keterima. Masak aku nggak bareng lagi sama Eca,’’ kata Fani meyakinkan.

‘’Eca.. Eca kamu yang keterima. Kamu itu harusnya bersyukur diterima di SMA favorit. Sayang banget kalau nggak diambil,’’  kata ibu.

‘’Ayolah bu,  plisssss, sekali ini aja ya bu?’’ kata Fani memohon.

‘’Enggak,  pokoknya harus diambil titik,’’ Kata ibu menolaknya dengan tegas.

“Bu,  Eca itu kan sahabatku sejak TK. Kami selalu bersama. Masak ibu tega sih misahin aku sama Eca,’’ kata Fani.

‘’Iya... Eca  emang teman kamu dari TK, ibu juga sudah tahu. Tapi ingat, teman ya teman sekolah ya sekolah, nanti kalo daftar di sekolah lain kamu yang nggak diterima, gimana coba?’’ kata ibu.

Tiba-tiba, HP Fani berbunyi. Ternyata Eca yang menelfon Fani.

‘’Halo...Fan, gimana?’’ kata Eca penasaran.

‘’Yah, nggak boleh Ca sama ibuku. Katanya sayang kalau sampai aku nggak ambil peluang ini, ’’ ungkap Fani penuh kecewa.

‘’Ya, terus gimana lagi Fan? Ya sudahlah Fan,  aku pasrah saja, lagian juga nanti kalao kita jauh bisa telfonan juga kan?’’ ujar Eca.

‘’Enggak,  pokoknya aku nggak mau pisah sama kamu Ca. Kamu tuh baiiiiiiiik banget sama aku, “  ungkap Fani memelas.

‘’Yah Fan, emang udah takdirnya kita kali, nggak bisa kaya dulu lagi. Udahlah Fan,  pasrah aja,’’ tutur Eca sambil menyeka mukanya yang basah air mata.

‘’Ya udah deh,  entar aku pikirin lagi, udah dulu ya Ca!’’ kata Fani sambil mau menutup telponnya.

‘’iya Fan’’ jawab Eca di ujung telpon.

Rupanya Fani tidak putus asa. Saat lagi makan malak dengan ibunnya, dia kembali merajuk bahkan sedikit memaksa kepada ibunya.

‘’Bu, boleh ya bu?’’ kata Fani sambil meringik.

 ‘’Nggak... Sekali nggak ya nggak. Ini demi masa depanmu, ’’ kata ibunya.

‘’Ya udah kalo gitu,  aku nggak mau melanjutkan sekolah aja. Aku mau di rumah aja, “ ujar  Fani sambil ngambek.

“Eh kok gitu, kamu harus melanjutkan dong, “  kata ibunya.

‘’Terserah ibu, aku daftar di sekolah lain, atau aku nggak melanjutin lagi, “ tambah Fani meyakinkan ibunya.

‘’Ya udah deh kamu boleh daftar di sekolah lain, tapi ingat kalo nggak  diterima, kamu harus ambil yang di Bandung, “ kata ibunya.

‘’ Yeeeeeeeeee, alhamdulillah. Makasih banget ya bu, “ kata Fani dengan penuh girang.

Akhirnya Fani dan Eca daftar di SMA lain  dan mereka berdua diterima. Mereka senang sekali karena bisa tetap bersama.

Itulah arti persahabatan diantara mereka.  SUSAH SENANG SELALU BERSAMA.

Info MTs